Berapa lama aku
disini, akupun tak tau. Pernah kuperhatikan seorang laki-laki dan seorang lagi
perempuan. Perempuan itu menggendong seorang anak kecil. Apakah persatuan
antara laki-laki dan perempuan yang menjadikan terciptanya anak kecil itu. Jika
iya, harusnya aku juga tercipta dari persatuan keduanya. Namun tak pernah aku
menjumpai mereka. Aku tak mengerti, hanya ikan-ikan dan binatang rawa yang kujumpai
sejak mataku terbuka. Belum pernah kutemui dia yang berwujud sama sepertiku,
tak lengkap rasanya. Siapa sebenarnya aku, kenapa aku sendiri. Mungkin jika aku
mati takkan ada lagi makhluk sepertiku.
Aku ingat pertama kali aku melihat
pemuda itu, seperti aku sudah pernah melihatnya sebelumnya, dan terasa dekat
dengannya. Rautnya tampak sedih memandangi rawaku tanpa berkata apapun. Dan
kemudian duduk disebuah kayu besar yang tumbang. Aku benar-benar ingin tau
siapa dia, tapi aku akan membuatnya takut. Karena aku tak sama seperti dia.
Dia, sejak awal kulihat dia, dia
selalu datang dan jadikan kebiasannya seperti kegiatan rutinnya. Setiap hari
diwaktu yang berbeda. Sejak itulah aku merasa aku menyukai pemuda itu. Aku
berjanji untuk mengumpulkan keberanian dalam 100 tahun dan menyatakan
perasaanku kepadanya. Semangatku semakin besar ketika tahun demi tahun berlalu
dan dia tetap disana datang mengunjungi rawaku setiap hari.
Aku ingat disetiap bulan tertentu
dalam setahun para warga selalu melarung bahan-bahan seperti makanan,buah,serta
hasil panen. Pemuda itupun akan ikut melarungkan sesuatu, dia melarungkan
sekeranjang bunga kenanga. Aku selalu menangkap hasil larungan darinya, aku
seperti sangat bahagia ketika mendapatkannya.
Tuhan, semoga 100 tahun segera
berlalu, aku akan menunjukan diriku padanya pada saat itu.
Tertanda,
Penghuni
rawa
SUARA DARI RAWA 1 http://bit.ly/2aAQcuI
No comments:
Post a Comment