Monday, March 13, 2017

Bukan hidup untuk persepsi orang



            Well apa kabar pengunjung, udah lama saya ga nulis, tapi semua itu berubah sejak saya buka-buka komentar di Qerja dan ada seorang mbak-mbak yang bikin saya termotivasi buat nulis.  Jadi akan saya rangkum unek-unek saya disini.
            Kita adalah manusia, kita tau manusia diciptakan berbeda-beda dalam berbagai hal, salah satunya berbeda dalam konsep diri. Disitulah suatu waktu konsep diri kita dianggap berbeda, konsep yang minor dan salah dimata orang lain. Mungkin konsep kita antimanstream, seperti mencari sensasi, liar dll. Tapi please jangan suka menjudge kita yang berbeda konsep hanya karena anda merasa konsep anda lurus dan benar.
            Mengangkat kisah politik saja, ketika melihat pilkada Jakarta. Tentu kita tahu banyak orang yang merasa lurus dan benar mengatakan kafir, tidak akan mensholatkan jenasah, pendukung penista agama,dll. Dengan nama agama dan berdasarkan kitab, ada yang menyimpulkan kita tidak boleh memilih orang yang tak seagama meskipun dia dapat dipercaya, lebih baik memilih orang seagama namun entah kredibilitasnya seperti apa. Ehm jadi begini, bukankah kita ini sudah pada dewasa, untuk menentukan pilihan kita. Bukankah kita ini diciptakan beragam, lalu kenapa ada yang selalu merasa benar sendiri. Apakah menghormati konsep dan keyakinan orang lain itu tidak perlu ?.
            Pasti dan pasti apa yang jadi konsep hidup kita adalah apa yang sudah kita pikirkan dengan matang, meski nampak tidak sesuai bagi orang lain. Sekali lagi kita memang berbeda-beda kan, mohon hormatilah apa yang dijadikan konsep oleh lain, hargai mereka. Kita memang tidak sama, tapi tidak perlulah kita mencari keributan untuk mengusung konsep siapa yang paling benar. Bagaimana jika kita mengurus urusan kita masing-masing dan tidak perlu terlalu rempong dengan urusan orang. Maksud saya bukan untuk melupakan kita makluk social, yah kita makluk social tidak bisa hidup tanpa orang lain. Namun akan lebih indah jika kita tau batas-batas yang baik dimana kita boleh masuk urusan, dan dimana cukup kita tahu dan menghargai.
            Ada dua contoh yang ingin saya tuliskan dibawah, yaitu tentang seorang mbak-mbak seperti yang saya bilang diawal tadi, dan seorang mas-mas yang saya amati hobbynya sering dicampuri oleh orang lain yang tidak menyukain hobby tersebut.
            Nama FB nya “Sonia Fany Satria Achmad” , dia adalah seorang perempuan yang memiliki konsep yang menurut saya intinya begini, “hidup ini ga melulu soal kawin, jadi sukses dulu juga penting, dapatkan kualitas kehidupan yang baik dulu, jangan hanya ingin hidup biasa saja”. Nah ceritanya mbak ini komentar di Fanspage Qerja dengan pandangan dia, eh malah orang-orang yang mengangggapnya minor mengeluarkan komentar-komentar yang berasa palig benar. But entah kenapa saya setuju dengan pandangan dia, walau tak sampai 75%, sekarang kita tengok saja, banyak dilingkungan anak-anak masih muda saatnya berkarya udah ditanya aja, “Kapan Kawin ?”, “Eh umur lu udah pas itu buat kawin” , “Mau nikah umur berapa lu, liat tu temen-temen lu udah pada nikah”, “Ga takut ketuaan lu ?’, dll deh. Mengganggu ga sih dilontari pertanyaan seperti itu ?, pasti ya sebagai manusia normal kita juga pingin membina keluarga, tapi yang tau ingin seperti apa kehidupan kita nanti ya kita sendiri. Kan ada orang buru-buru nikah karena tuntutan pasangan, ada yang karena emang udah siap walau diusia yang masih muda, ada yang siap nikah karena muda-muda pengusaha,yah masih banyak alasan lain. Mereka saja sah-sah saja dengan konsep mereka, mengapa kita yang memilih nikah entar untuk sukses dulu dianggap aneh ?.
            Memutuskan suatu konsep kehidupan itu susah, ada pengorbanan juga, entah waktu, kehidupan, kesenangan. So jika ada diantara kita yang menunda nikah demi kehidupan yang ingin digapai, demi kemandirian dan kemakmuran dihari tua, itu fine. Orang yang seperti mereka tidak suka menggantungkan diri atau membuat keluarga mereka kerepotaan, tentunya ketika berkeluarga nanti mereka ingin bisa mencukupi bahkan bisa menjadikan kehidupannya lebih dari cukup. Salahnya dimana, hargai dong ini kan konsep dia.
            Lanjut ke cerita kedua, nama FB nya “Zan”, hobbynya photograpy tapi menolak disebut photographer. Dia berkutat di photograpy by phone dengan genre Macro Stacking. Buat yang belum tau apa Macro Stacking itu, jadi Macro photograpy ada beberapa genre salah satunya Stacking, dimana object biasanya adalah serangga mati yang diphoto side by side dengan kesabaran supaya focus, kemudian setiap side by side tersebut digabungkan melalu aplikasi edit, istilahnya menumpuk layer. Nah genre ini termasuk genre yang mendapatkan sensi negative dari penghobby macro lain, mereka tuduh orang ini pembunuh serangga demi hobby, mereka tuduh ambil google, dll. Ganggu banget kan ya, mereka tanpa tau siapa kita, bagaimana asal muasal kita dapetin serangga langsung judge ga enak. Padahal dalam kenyataan orang ini mendapatkan serangga mati langsung dari alam, bukan membunuh, dan bisa juga beli serangga mati dipenjual yang mengawetkan serangga. Dan itu semua karya dia, bukan google, jangan lihat alatnya yang cuma phonsel dan negative thingking wah ini orang ambil google deh, dia bisa dapet photo sebagus itu adalah dari skil dan ketelatenan. You know yang punya kamera DSLR tidak selalu dia photographer, dan yang tanpa kamera  DSLR bisa jadi dia photographer juga.
            Dari dua cerita diatas, mereka masing-masing memiliki konsep kehidupan sendiri. Ada alasan tersendiri dari setiap tindakan, walapun mereka menjelaskan pada anda, akan tetap ada ketidakcocokan jika anda memaksakan konsep anda dengan mereka. Kita tidak hidup untuk menuruti persepsi orang lain, kita adalah makluk yang beragam. Saling menghargailailah kamu adalah kamu, dia adalah dia,mereka adalah mereka dan aku adalah aku.


Puti Nagari

No comments:

Post a Comment

Bisnis dirumah, Kerja Sampingan (Sesimple itu sambil belajar digital marketing)

            Hai agan dan sista, hari ini aku mau share pengalamanku jualan olshop dari bermacam produk gonta ganti yang akhirnya cuma jadi ...